Oleh: Muhammad Alpian HM – Owner Window of Indonesia
Perang tarif bukan lagi isu antar raksasa dunia. Ketika negara-negara besar saling menaikkan bea masuk dan proteksi perdagangan, yang pertama kali merasakan dampaknya bukanlah korporasi multinasional—melainkan para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Mereka adalah tulang punggung ekonomi nasional, tapi juga yang paling rentan terguncang.
Sebagai pelaku bisnis internasional yang kerap menjembatani UMKM Indonesia dengan pasar global, saya menyaksikan langsung bagaimana kebijakan global ini menetes ke bawah, menghantam para pejuang ekonomi akar rumput kita.
Bagaimana Perang Tarif Mengguncang UMKM?
- Kenaikan Harga Bahan Baku Banyak UMKM Indonesia—khususnya di bidang produksi makanan, fesyen, kerajinan, hingga elektronik—masih bergantung pada bahan baku impor. Ketika tarif masuk naik, harga bahan naik, dan UMKM dipaksa memilih: menaikkan harga (berisiko ditinggal pelanggan) atau mengurangi kualitas (berisiko kehilangan kepercayaan).
- Pasar Ekspor Melemah UMKM yang sudah mulai ekspor terhambat tarif tambahan di negara tujuan. Produk kita menjadi kurang kompetitif dibanding negara-negara yang punya perjanjian dagang lebih menguntungkan.
- Persaingan Produk Impor Murah Ironisnya, saat produk kita kesulitan masuk ke luar negeri, pasar lokal malah dibanjiri produk impor murah dari negara yang cari pelampiasan ekspor. UMKM lokal pun terjepit di kandang sendiri.
Tapi, Apakah UMKM Harus Menyerah? TIDAK.
Saya percaya, UMKM Indonesia adalah petarung sejati. Justru di saat tekanan global meningkat, kita perlu memberi ruang dan dorongan lebih besar pada mereka:
- Akses ke Pasar Baru:
Lewat inisiatif seperti Window of Indonesia, kami membuka jalur ekspor non-tradisional bagi UMKM—ke Turki, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tengah—dengan sistem kurasi, pelatihan, dan pendampingan. - Digitalisasi UMKM:
Perang tarif mendorong semua pihak untuk efisiensi. UMKM harus go digital, dari proses produksi hingga pemasaran. E-commerce lintas negara bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. - Kemandirian Bahan Baku Lokal:
Kita punya potensi besar di pertanian, perikanan, dan hutan rakyat. UMKM perlu didorong untuk kembali ke sumber daya lokal—tidak bergantung pada impor.
Pandangan Saya: UMKM Harus Jadi Bagian dari Strategi Nasional
Pemerintah harus memandang UMKM bukan sebagai korban, tapi sebagai kekuatan. Dalam menghadapi perang tarif global, UMKM bisa jadi benteng ekonomi domestik asal dibekali dengan peta jalan yang jelas, ekosistem yang sehat, dan akses pasar global yang terbuka.
Saatnya UMKM Menjawab Tantangan Dunia
Perang tarif bukan akhir cerita. Justru ini adalah panggilan bagi UMKM untuk naik kelas. Dengan keberanian, inovasi, dan dukungan tepat sasaran, UMKM Indonesia tidak akan tersingkir—mereka akan tumbuh jadi pemain utama di era perdagangan baru.
📌 Artikel ini ditulis oleh Muhammad Alpian HM – Owner Window of Indonesia, Chairman Komite Turki di Kadin Indonesia. Untuk pelatihan ekspor, business matching internasional, atau kemitraan strategis UMKM, kunjungi www.windowofindonesia.com.